Saturday, October 6, 2012

Bertukar Posisi (Cerpen)


Nama                           :           Annisa Nurdayanti.
Kelas                           :           IX-D.
Bidang Study              :           Bahasa Indonesia.
Tugas                           :           Membuat Cerita Pendek (Cerpen).
Tema                           :           Dua orang sahabat (Marsha & Maudy) yang saling bertukar
                                                posisi dalam kehidupan mereka di sebuah perusahaan di Jakarta.
Karakter Tokoh           :           1) Marsha        : sombong, angkuh, egois, cantik.
                                                2) Maudy        : penuh kasih sayang, ramah, lugu / polos.

                                                   BERTUKAR POSISI.

            Pada pagi hari, Marsha dan Maudy sedang berada dirumah Marsha. Marsha yang sedang asyik berbincang dengan ibunya, ternyata ibunya menyuruh Marsha untuk bekerja di sebuah perusahaan yang terletak di Jakarta. Marsha tidak mau menuruti perintah ibunya, tetapi dia tetap pergi bersama Maudy, karena tidak ingin mengecewakan ibunya.

-Keesokan harinya…


 Marsha dan Maudy sudah berada di dalam bus.

            Setelah bus parkir di terminal Jakarta, Marsha tidak mau keluar dari bus, Maudy mengajaknya untuk keluar dari bus. Marsha keras, dia tetap tidak mau.
“Ayo atuh.. Kenapa kamu tidak mau?” tanya Maudy.
“Aku tidak mau kerja di tempat itu! Manager dan Direkturnya pasti sudah tua, aku ingin yang masih muda dan tampan!”



jawab Marsha sinis.
Marsha belum mengetahui bahwa Direktur perusahaan tersebut adalah seorang pria muda yang mapan bahkan tampan.


“Bagaimana kalau kita bertukar posisi saja! Kamu yang bekerja di perusahaan itu. Ayolah..” bujuk Marsha.
“Tapi.. mmm.. saya…”
Belum selesai Maudy menjawab, Marsha sudah memotong perkataan Maudy.
“Ayolah.. Tidak apa-apa!”
“Hmmm.. Gimana ya.. Yaudah deh, ayo kita keluar dari bus. Pasti sudah di tunggu oleh karyawan yang akan menjemputmu”.

           
Setelah mereka keluar dari bus, ada seorang lelaki dewasa yang bertubuh gemuk, penampilannya santai, memakai baju kantoran, dan membawa kertas yang bertulisan “MARSHA-TASIK MALAYA”.
Marsha pun terkejut dan matanya terbelalak.

“Kamu Marsha, ya?” lelaki itu bertanya kepada Marsha.
“Oh mmm… bukan, saya Maudy. Hehe. Ini lo teman saya yang namanya Marsha” Marsha tersenyum dan menjawab agak terbata-bata.

            Sebenarnya yang akan menjemput Marsha adalah Direktur perusahaan, tetapi karena ada pertemuan atau meeting mendadak, Direktur tersebut menyuruh bawahannya alias karyawannya untuk menjemput Marsha.

            Maudy yang sekarang bertukar posisi oleh Marsha, ikut oleh karyawan yang menjemput tadi. Marsha yang sekarang bertukar posisi oleh Maudy, mencari taxi dan mengikuti mobil yang di tumpangi Maudy.

            Maudy diantar ke apartment sebelah perusahaan. Ketika Maudy sedang memandangi kamarnya, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

            Maudy adalah salah satu karyawan ibunya Marsha. Ibunya Marsha merupakan seorang pembuat dodol, yang mempunyai banyak karyawan. Maudy adalah seorang gadis kampung asli Tasik Malaya, yang lugu dan polos.

            “Selamat siang. Apakah anda yang bernama Marsha?”
Maudy terbelalak, karena yang di hadapannya sekarang adalah Direktur perusahaan yang bernama “Byansyach Fachry” (terbaca oleh Maudy di tanda pengenal).
“I..iiiya, saya Marsha”
“Apakah kamu sudah siap untuk bekerja di perusahaan kami?”
“Hmmm.. I..iiya saya siap.”
“Kalau begitu mulai besok pagi, kamu mulai bekerja.”
Direktur tersebut bergegas menutup pintu dan meninggalkan kamar Maudy.

            Ternyata posisi Marsha di terima di perusahaan, bukan posisi yang sembarangan, sekretaris pribadi Direktur.

            Tepat ketika pintu kamar tertutup, ponsel Maudy berbunyi.
“Halo. Iya ada apa, Sha? Ah kamu coba kita gak usah bertukar posisi…”
“Ah udah diam aja! Aku tidur dimana ini? Di luar panas sekali atuh..”
tanya Marsha yang sejak tadi jengkel.
“Ya saya tidak tahu atuh, Sha. Lagian kamu…”
“Lagian aku kenapa? Aku ke kamar kamu ya sekarang!”
“Eh… Sha, jangan!”
Tiba-tiba telepon terputus, di matikan oleh Marsha.
Maudy bingung dan panik.

            Hari sudah mulai malam, Maudy yang bertukar posisi oleh Marsha, di ajak makan malam oleh Direktur dan beberapa karyawan perusahaan.
Marsha mencoba masuk ke apartment, tetapi di cegat oleh security atau satpam.
“Yah.. Gimana atuh, pak. Saya mau masuk..”
“Kamu siapa? Tidak sembarang orang yang boleh masuk ke apartment ini.”
“Saya Maudy, pak. Temannya Marsha.”
“Oh temannya neng Marsha. Barusan neng Masrsha nya keluar sama bos.”
“Yaudah deh pak, saya nunggu di sini aja.”
“Ehhh… Gak boleh atuh neng, sudah malam. Besok aja datang lagi!”
“Ah enggak deh pak, saya tunggu aja ya.”
“Udah malam neng, kalau malam disini biasanya….”
“Eh iya deh pak, jangan nakut-nakutin dong!”
Marsha keluar dari apartment, dan duduk di luar apartment.
Marsha menunggu Maudy yang tidak datang-datang sampai hampir tengah malam.

            Mobil yang di tumpangi Maudy akhirnya datang.
Maudy bergegas turun dari mobil.
Marsha yang tak sabar ingin segera menghampiri Maudy, berjalan masuk menuju apartment.
Fachry sang Direktur, setelah keluar dari mobil, menyuruh Maudy untuk segera masuk ke kamar apartment. Maudy tidak menuruti perintah sang Direktur, dia peka akan datangnya Marsha.
Kemudian sang Direktur pun masuk mobil, meninggalkan Maudy. Fachry ingin kembali ke rumahnya. Tidak lama setelah mobil Fachry keluar dari apartment, Marsha menghampiri Maudy.
“Hey, kamu kemana aja atuh.. Dari siang aku tunggu, panas. Malam gini di gigit nyamuk. Heuh!”
“Yah maaf atuh, Sha.. Saya tadi di ajak pak Direktur buat makan malam..”
“Ih kok kamu makin dekat aja sama… Hmmm padahal gak tampan kan!”
Marsha yang belum pernah melihat sosok sang Direktur, berkata demikian.
“Kamu kalau bicara jangan sembarangan atuh.. Coba kamu lihat dulu pasti kamu…”
“Ah enggak. Pasti jelek, tua! Udah dehh.. Aku masuk ke kamar kamu ya sekarang.”
“Eh Sha ntar dulu, ntar ketahuan..”
Marsha tidak mendengar perkataan Maudy, ia langsung masuk ke kamar Maudy.
Karena hari sudah hampir tengah malam, mereka langsung saja tidur.

-Keesokan harinya…
Maudy mulai bekerja di perusahaan.
Di hari pertama Maudy bekerja, dia sudah mendapatkan tugas / pekerjaan dari sang Direktur.

            Hari sudah sore. Maudy dan seluruh karyawan perusahaan meninggalkan perusahaan, kembali ke tempat tinggal masing-masing.
Maudy kembali ke kamar apartment, Marsha membentak-bentak Maudy, Marsha kelaparan.
“Iya, iya. Biar saya yang beli makanan buat kamu”
“Yaudah cepet sana! Yang enak ya, jangan lama!”
bentak Marsha.
“Iya..”

Setelah Maudy membeli makanan buat Marsha yang agak lama, dia segera kembali ke apartment.
“Ah lama kali. Abis kemana aja kamu?”
“Maaf atuh, Sha..”
“Yaudah mana sini makanannya!”
Belum lama Marsha menikmati makanan, terdengar ketukan pintu kamar.
Marsha dan Maudy bingung. Lantas Maudy menyuruh Marsha untuk bersembunyi dimana saja.
“Selamat malam, Marsha..” ternyata yang mengetuk pintu adalah sang Direktur, Fachry.
“Iya malam, pak. Ada apa?”
Marsha yang sedang bersembunyi, tetapi tetap lahap memakan makanan yang dipegangnya, mengintip siapa yang datang dan dia terkejut kalau Direktur perusahaan setampan itu.
“Tidak ada apa-apa. Saya hanya ingin ngasih ini.” Sang Direktur memberi Maudy sepotong sandwich.
Dengan wajah malu-malu, Maudy berkata “Terima kasih, pak. Jadi gak enak saya sudah merepotkan.”
“Oh enggak, ini biasa saja bagi saya. Di makan ya, saya permisi pulang.”
“I.. iya, pak. Terima kasih banyak.”

“Serius itu Direkturnya?” tanya Marsha yang mulai tertarik bekerja di perusahaan.
“Iya, kenapa Sha? Lagian kamu.. Kan sudah saya bilang, Direkturnya gak seburuk yang kamu pikirkan..”
“Ah Maudy.. Mulai besok kamu ngaku ya kalau kamu itu Marsha yang palsu alias Maudy. Marsha yang asli itu aku.. Aku mohon ya!”
bujuk Marsha.
“Gak bisa secepat itu atuh, Sha..”
“Ah gak mau tau!”
Setelah mereka berdebat, mereka akhirnya memutuskan untuk tidur.

            `Di hari kedua Maudy bekerja, tiba-tiba Marsha datang ke perusahaan dan langsung menemui Maudy dan Direktur. Maudy sangat terkejut.
“Pak, pak Direktur. Saya ini Marsha yang asli..”
“Maksud anda apa? Anda ini siapa berani masuk ruangan saya!”
jawab sang Direktur yang mulai naik darah.
“Demi Tuhan, saya Marsha yang asli. Yang selama ini mengaku Marsha itu sebenarnya teman saya, namanya Maudy. Ayolah pak, percaya sama saya”
Marsha memang bersikap egois. Semua yang dia inginkan harus ia dapatkan walaupun kurang benar di mata orang lain.
“Maksud anda apa? Marsha sekarang mana?”
Maudy yang sedang berada di ruangannya, bergegas secepat mungkin ke ruang Direktur.
“Marsha, apa benar ini Marsha yang asli, dan kamu Maudy?” tanya Direktur kepada Maudy, yang sedikit marah.
“Iiiya, pak. Benar..” jawab Maudy menunduk.
“Apa maksud kalian berdua ini? Ingin mempermainkan saya dan perusahaan?”
“Tidak pak, tidak.”
jawab Maudy yang mulai mengeluarkan air mata.
“Ah saya tidak mengerti maksud kalian berdua. Mulai sekarang Marsha tidak usah bekerja di sini lagi, Marsha saya pecat!”
Maudy segera meninggalkan perusahaan, kembali ke apartment. Ia memutuskan untuk kembali ke Tasik Malaya.

            Marsha baru menyadari dan menyesali perbuatannya. Semua sudah terlambat, keadaannya sudah seperti ini.
______________________________________________________________________________

Pelajaran atau pesan yang bisa kita ambil dari cerita tersebut adalah:
1. Jangan mementingkan kepentingan diri sendiri atau egois.
2. Belajarlah menghargai orang lain.
3. Patuhilah perintah atau nasehat orang tua.
4. Jalani kehidupan yang ada, jangan mnyesal di kemudian hari.

0 comments:

Post a Comment